Arjuna Berkata :
1. Dengan kasih-sayangMu Dikau telah menyibakkan rahasia nan agung
mengenai Jati Diri (Sang Atman), dan sabda-sabdaMu telah menghapus
kebodohanku.
Sang Arjuna rupanya telah mulai sadar, dan pupus atau
hapus sudahlah kebodohannya yang berbentuk moha (keterikatan, pada
sanak-keluarga). Sabda-sabda Sang Kreshna bahwa Ia lah Sang Brahman,
Sang Atman Yang Hadir dalam setiap unsur dan makhluk dan selalu bersifat
abadi, membuat Sang Arjuna dipenuhi oleh rasa aman, damai, tentram dan
sentosa. Sadarlah ia dari kegelapan yang selama ini menyelimutinya, dan
tak ragu-ragu lagi ia menghadapi perang Baratayudha yang ada
dihadapannya. Bukankah sebenarnya setiap saat, setiap hari adalah perang
besar antara kita manusia dengan lingkungan disekitar kita, dengan
hati-nurani kita, dengan keserakahan kita dan orang lain dalam berbagai
bentuk seperti moha, loba, ahankara dan sebagainya.
2. Aku telah mendengar dariMu secara penuh, oh Krishna, tentang
kelahiran dan kematian yang ada, dan juga tentang keagunganMu yang tak
terbinasakan.
3. Dikau adalah, oh Tuhan, Yang Maha Kuasa,
seperti yang Dikau katakan tentang DiriMu. Tetapi aku berhasrat melihat
bentukMu yang agung dan suci, oh Purushottama (manusia yang terutama).
4. Seandainya
Dikau menghendaki, oh Tuhan, bahwa olehku dapat terlihat, maka
bukakanlah kepadaku, oh Yang Maha Memiliki llmu pengetahuan (yoga),
bentuk diriMu yang tak terbinasakan.
Arjuna yang selama ini telah
mendengarkan sabda-sabda suci Sang Kreshna mengenai kelahiran dan
kematian semua yang ada di dunia ini dan juga mengenai diri Sang Kreshna
sendiri yang tak lain dan tak bukan adalah Yang Maha Esa Sendiri dengan
segala-segala tindakan-tindakanNya yang kreatif dan penuh kasih
terhadap semua makhluk, sekarang ini berhasrat sekali untuk melihat
sendiri atau untuk membuktikan apa yang telah didengarkannya selama ini.
Melihat dan membuktikan memang lebih meyakinkan daripada mendengarkan,
maka Arjuna pun memohon Sang Yogeshwara (Tuhan Yang Maha Mengetahui dan
Pemilik Semua Ilmu Pengetahuan) agar sudi diperlihatkan kepadanya
bentukNya yang suci dan agung itu, yang tak terbinasakan. Arjuna ingin
sekali melihat Sang Kreshna dalam bentukNya sebagai Parameshvaram dan
Purushottama, yaitu sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa dan Agung, dan juga
sebagai Manusia Yang Maha Kuasa dan Agung (Vishnu).
Bersabdalah Yang Maha Pengasih:
5. Saksikanlah,
oh Arjuna, bentukKu yang beratus-ratus dan beribu-ribu jumlahNya
(rupaNya), yang suci, yang tak terhitung warna-warni dan
bentuk-bentukNya.
6. Saksikanlah para Aditya, para Vasu, para
Rudra, kedua Ashvin, dan para Marut. Saksikanlah, oh Arjuna,
keajaiban-keajaiban yang tak pernah terlihat sebelum ini.
7. Saksikanlah
hari ini, oh Arjuna, seluruh alam semesta dan isinya yang bergerak dan
yang tak bergerak, dan apapun juga yang ingin dikau saksikan - semua
terpusat pada tubuhKu.
Sang Kreshna segera menerangkan kepada Arjuna
tentang bentuk-bentuk dan rupa-rupa yang akan segera disaksikan oleh
Arjuna, yaitu yang tak terhitung jumlahnya dan bentuknya, maupun
warna-warninya, yang merupakan gabungan dari para dewa seperti Aditya,
yaitu dewa-dewa yang ada hubungannya dengan matahari, Vasu, Rudra
(dewa-dewa malapetaka), Ashvin (dewa penolong orang-orang sakit yang
dikenal sebagai tabib-tabib suci), Marut dan ciptaan-ciptaanNya yang
terkecil dan tak terlihat oleh manusia. Sang Kreshna pun dengan senang
hati ingin memperlihatkan kepada Arjuna bentuk-bentukNya yang bergerak
dan tak bergerak bahkan seluruh kosmos (alam semesta) yang
terkonsentrasi atau terpusat pada DiriNya Tetapi penyaksian Ilahi
semacam ini tidak mungkin terlihat dengan mata duniawi, maka Sang
Kreshna pun segera memberikan mata suci (divyam chakshuh) kepada Arjuna
agar terlihat olehnya semua bentuk-bentuk suci dari Yang Maha Esa
olehnya. Mata suci sebenarnya adalah matanya seorang mistik, seorang
yang sudah sadar dan dapat "melihat kedalam." Ini mengingatkan kita
kepada salah seorang nabi bangsa Yahudi yang pernah memohon kepada Yang
Maha Esa, "Tuhan, bukalah matanya agar ia dapat melihat." Dan hal ini
berlaku untuk kita semuanya, mohon dan berdoalah selalu kepada Yang Maha
Esa agar dibukakan mata dan hati kita agar dapat kita melihat dan
menyadari atau mengenalNya secara sejati. Sebenarnya semua jalan ke arah
Yang Maha Esa sudah tersedia di sekitar kita, yang diperlukan hanyalah
"membuka mata" kita sedikit saja.
8. Tetapi, sebenarnya, dikau
tak akan dapat meyaksikanKu dengan mata duniawimu ini, makaKu berkahkan
kepadamu mata suci. Saksikanlah yogaKu Yang Maha Dahsyat (kekuatan yang
suci dan agung).
Sekarang tibalah saatnya Arjuna melihat bentuk Yang
Maha Suci dan Agung di dalam diri Sang Kreshna. Di dalam diri Sang
Kreshna nampak terpusat seluruh alam semesta dan semua itu terbuka untuk
dilihat oleh Arjuna, dengan mata Ilahi yang dikaruniakan oleh Sang
Kreshna.
Berkatalah Sanjaya:
9. Setelah bersabda demikian,
oh raja, Yang Maha Agung dan Maha Menguasai Yoga, Hari (Sang Kreshna)
kemudian membukakan diriNya Yang Maha Agung, Suci dan Perkasa kepada
Arjuna.
Sang Kreshna yang disebut Mahayogeshvara (Yang Maha
Mengetahui Yoga) kemudian memperlihatkan diriNya Yang Amat Dahsyat dan
Penuh dengan keajaiban-keajaiban yang tak dapat dilukiskan dengan
kata-kata.
10. Dengan jumlah mulut dan mata yang tak terhitung
banyaknya, dengan jumlah keajaiban-keajaiban yang tak terhitung
nampaknya, dengan jumlah hiasan badan nan suci yang tak terhitung
jumlahnya dan dengan senjata-senjata Ilahi yang tak terhitung banyaknya
yang semuanya terlihat terangkat;
11. Dengan memakai kalungan-kalungan bunga dan jubah-jubah sorgawi
semerbak mewangi dengan wewangian sorgawi, penuh dengan kemukjizatan,
terang-benderang, tanpa batas dan wajah yang memandang ke setiap arah.
Sang
Kreshna nampak kepada Arjuna sebagai suatu bentuk yang tanpa batas dan
dalam manifestasiNya yang beraneka ragam, yang mulut dan mataNya
tersebar di mana-mana tanpa dapat dihitung jumlahnya, yang juga nampak
memakai jubah-jubah dan kalungan-kalungan bunga-bunga suci sorgawi. Juga
nampak mengenakan hiasan-hiasan badan dan memegang senjata-senjata
simbolis sorgawi di mana-mana dalam jumlah yang tak terhitung dan nampak
semua senjata-senjata ini siap terangkat ke atas.
12. Kalau
saja dapat seribu mentari bersinar pada saat yang sama, mungkin
demikianlah kedahsyatan yang terpancar dari Makhluk Itu.
Terang-benderangnya
atau kemerlapanNya begitu dahsyat sehingga dibandingkan dengan seribu
mentari yang bersinar sekaligus, bayangkan bagaimana dahsyat Yang Maha
Esa ini dengan segala kekuasaan dan keperkasaanNya.
13. Di
situlah Arjuna menyaksikan seluruh alam semesta beserta segala isinya
yang beraneka-ragam teruntai menjadi satu, di dalam raga Tuhan nya para
dewa-dewa.
Dengan mata sucinya, Sang Arjuna melihat Yang Maha Esa,
Tuhan dari segala tuhan dan dewa-dewa, melihat seluruh untaian kehidupan
kosmos yang beraneka-ragam jumlahnya tanpa akhir tetapi teruntai
menjadi suatu kesatuan di dalam Yang Maha Esa.
14. Kemudian,
ia, Arjuna, penuh takjub, bulu-bulunya tegak berdiri, menundukkan
kepalanya dan menyembahNya dengan kedua tangannya yang terkatub, ia
berkata:
Arjuna yang penuh takjub dan gentar melihat penyajian Ilahi segera menyembahNya dan berkata:
Berkatalah Arjuna:
15. Yah!
Kulihat sekarang bagaimana semua ini terselimut olehMu! Para dewa
terdapat di dalam ragaMu yang agung, oh Tuhan! Sang Brahma bersemayam di
singgasana-teratai, dan semua resi, ular-ular dan kekuatan suci!
Arjuna
yang takjub dan ketakutan ini mulai menyenandungkan puja-puji kepada
Yang Maha Esa dalam bentuk puisi atau syair. Ia melihat dan menerangkan
semua pandangan di hadapannya. Dalam raga Sang Kreshna ia melihat semua
bentuk-bentuk dewa-dewi suci dan seluruh alam-kosmos. Terlihat oleh
Arjuna, Sang Brahma yang bersemayam di singgasana teratai (dianggap
bunga suci oleh umat Hindu) yang berasal dari pusar Sang Vishnu, juga
terlihat olehnya ular-ular suci, orang-orang yang bijaksana dan suci
yang ditemuinya di dunia.
16. Dikau lah Tuhan dari semuanya ini.
Kulihat tangan-tangan dan dada-dadaMu,
Dalam bentuk yang beraneka-ragam, tetapi tak kulihat bagian tengahMu atau permulaan dan akhirMu!
Terlihat
oleh Arjuna bentuk Sang Kreshna yang tanpa batas, dan hadir dalam
berbagai bentuk sorgawi dan duniawi di setiap penjuru alam semesta, dan
setiap bentuk ini lengkap dengan wajah, mulut, dada, dan sebagainya
dalam suatu kesatuan kehidupan yang berlainan dan amat bervariasi. Dalam
bentuk kaleidoskopik ini, Yang Suci dan Agung, Sang Kreshna hadir
sebagai Yang Tak Bermula atau Berakhir. Semua aspek-aspek ini hadir
dalam bentuk suciNya.
17. Kulihat Dikau dengan chakraMu, mahkota dan gada,
Kulihat
Dikau gilang-gemilang di setiap arah sebagai satuan cahaya:
terang-benderang bagaikan api yang membakar, bagaikan mentari yang
bersinar di setiap sisi!
Kata-kata Arjuna di sini bisa juga berarti
bahwa Sang Kreshna atau Yang Maha Esa hadir di mana-mana tanpa batas dan
diskriminiasi, ibarat sinar matahari yang bersinar di setiap sisi dan
sudut bumi ini secara adil dan merata.
18. Dikaulah Yang Aksharam - Yang Maha Esa,
Dikaulah tempat beristirahat semuanya yang ada di dunia ini,
Dikaulah penjaga dharma yang tak pernah binasa,
Dikaulah seseorang yang tak akan terlupakan!
Aksharam
berarti yang tak terbinasakan. ia juga tempat bersemayam kita semua,
sekaligus asal-usul dan akhir kita semuanya, beserta semua rencana dan
hasil-hasil rencana kita. la juga Yang selalu menjaga agar dharma
(kebenaran dan hukum kebenaran) selalu abadi dan langgeng dan selalu
ditegakkan kembali pada saat-saat kezaliman berkuasa. la juga yang tak
akan pernah terlupakan atau faktor utama di alam semesta ini, dan akan
selalu hadir dan ada walaupun yang lainnya sudah binasa semua.
19. Kulihat
Dikau, Tuhan! Sebagai Yang tunggal tanpa asal, tanpa tengah, tanpa
akhir. Kulihat Dikau sebagai kekuatan dahsyat, tangan-tanganMu yang tak
terhitung jumlahnya, rembulan dan mentari sebagai mata-mataMu, wajahMu
bak api yang membara!
Arjuna melihatNya sebagai yang tak bermula, tak
terlihat juga masa tengah maupun akhirNya, karena memang la tak pernah
dilahirkan dan tak akan binasa. Yang Maha Kuasa banyak tangannya, ini
menandakan kekuasaanNya dan kehadiranNya yang tanpa batas. Dan api yang
membara yang terlihat oleh Arjuna adalah api pengerobananNya yang
menghangatkan dunia ini dengan kebesaran dan kasih-sayangNya.
20. Dunia
ini dari batas ke batas, dari kutub ke kutub, penuh dengan Dikau
semata, seisi alam ini penuh! Melihat pemandangan yang menggetarkan dan
menakjubkan dariMu ini, ketiga dunia ini tenggelam, oh Yang Maha
Perkasa!
Seluruh alam semesta yang tanpa batas ini penuh dengan Yang
Maha Esa semata, dan dengan penuh takjub dan gentar ketiga dunia beserta
segala isi dan makhluk-makhluknya menunduk dan bersujud hormat kepada
Yang Maha Esa.
21. Jajaran para dewa mendekat dan menyatu denganMu, mereka mengatubkan kedua telapak tangan mereka dengan ketakutan, MemujaMu!
Para Resi dan Siddha (mereka yang telah sempurna) berteriak, "Hidup, hidup!"
Dan menyanyikan puja-puji kebesaran untukMu!
22. Para
Rudra, dan para Aditya, juga para Vasu, para Sadhya, Siddha, Vishva,
Usmapa, para Marut, Ashvin, Yaksha, Asura, dan para Gandharava --
semuanya memandangMu dengan takjub!
Semua dewa-dewi dan penghuni
sorgaloka dan loka-loka lainnya takjub akan kebesaranNya yang tanpa
batas ini. Rudra (dewa-dewa bencana dan maut), Vasu (dewa-dewa
kekayaan), Sadhya (dewa-dewa yang tinggal diantara sorga dan bumi),
Aditya (dewa-dewa matahari), Vishva (dewa-dewa yang berhubungan dengan
ketabahan), Marut (dewa-dewa yang berhubungan dengan udara), Ushamapa
(dewa-dewa peminum hawa panas), Gandharva (para penyanyi sorgawi),
Yaksha (dewa-dewa harta), Asura (setan-setan).
23. (Melihat)
bentukMu yang perkasa dengan mulut dan mata, benda-benda dan kaki yang
tak terhitung jumlahnya, dan tangan-tangan yang begitu luasnya, perut
dan gigi yang tak terhitung banyaknya, seluruh loka-loka ini melihat dan
tergetar, begitu pun daku!
24. Kulihat Dikau menyentuh
langit-langit, membara dengan warna-warni mulutMu terbuka lebar dan
mataMu bersinar-sinar, kala kulihat Dikau seperti ini; Kalbuku tergetar,
kekuatanku sirna, dan aku tak memiliki kedamaian lagi.
25. Oh, tajam seperti baranya api Waktu, kulihat mulut-mulutMu yang bertaring menakutkan!
Aduh! Aku kehilangan semua akalku dan tak tahu di mana aku berada.
Tak kudapatkan kedamaian! Ampuni daku, Tuhan!
Oh, Tempat berlindung seluruh alam semesta ini!
Alam
semesta dan isinya semua seakan-akan terkena "teror" yang maha-dahsyat
melihat Yang Maha Esa dalam bentuk yang demikian ini, begitu ujar Arjuna
yang kehilangan semua akalnya; takjub dan penuh gentar ia kini. la
melihat Yang Maha Esa yang berdiri dan ubun-ubunNya mencapai lapisan
tertinggi langit, seluruh alam semesta ini terlihat penuh dengan diriNya
semata, dan terlihat juga la ibarat api kiamat, ibarat seorang raksasa
yang bertaring dan menakutkan penuh dengan daya hancur yang
maha-dahsyat. Yang Maha Esa tampak kepada Arjuna dalam bentukNya yang
maha menghancurkan dan menggetarkan, yang dapat diartikan di sini
sebagai juga hukum karma yang akibatnya amat menakutkan; seyogyanyalah
kita sadar akan arti dan hakikat kehidupan ini dan selalu bertindak
positif dalam setiap tindakan kita.
26. Ke dalam mulutMu yang terbuka lebar, dan bergigi menyeramkan dan terlihat menakutkan, masuklah mereka dengan amat cepat -
27. Semua
putra-putra Dhritarastra, dan beserta mereka, para raja-raja, dan
Bhisma, Kama, Dronacharya, dan semua pendekar-pendekar agung tuan-rumah
kami, banyak terperangkap diantara gigi-gigi dan terlihat
kepala-kepalanya, terjepit dan pecah dan berjatuhan menjadi debu dan
binasa. Diantara geraham-gerahamMu tergeletak -pahlawan-pahlawan terbaik
dari kedua laskar ini!
28. Bagaikan air bah sungai yang
mengalir deras dan menyatu dengan lautan, begitulah para orang-orang
kuat ini, pahlawan-pahlwawan agung ini, melaju deras masuk ke dalam
mulutMu yang penuh dengan api yang membara! Melaju, dalam arus yang tak
putus-putusnya dan hilanglah mereka!
29. Ibarat kawanan laron
yang melaju cepat ke arah sebuah pelita — ke api yang membara - untuk
mati didalamnya, begitu juga manusia-manusia ini, dengan kecepatan yang
tinggi, melaju deras ke arah kematian mereka di dalam mulut-mulutMu yang
membara.
30. Pada setiap sisi, dengan mulut-mulutMu yang
membara dan menakutkan, Dikau menjilat loka-loka ini, melahap semuanya.
CahayaMu yang terang-benderang, oh Vishnu, masih mengisi bumi ini dari
ujung ke ujung: terbakarlah alam semesta ini!
Berputar-putar dengan
roda Sang Waktu, para pendekar dan pahlawan dunia ini pun terjepit
diantara gigi-gigiNya, yaitu perumpamaan dari Hukum Karma. Semua jajaran
Kaurawa dan Pandawa melaju dengan kencang ke arahNya tanpa daya.
Seperti sungai-sungai yang penuh air-bah yang melimpah mengalir deras ke
arah lautan-lepas tanpa kendali, maka kita semua pun tanpa daya melaju
kencang ke arahNya kembali begitu kita lahir di dunia ini. Perumpamaan
yang kedua adalah ibarat kawanan laron (sejenis serangga) yang selalu
mengorbankan dirinya dengan menabrak api atau lampu pada malam hari,
begitu pula dengan kita manusia ini yang tanpa sadar sebenarnya sedang
mengarah ke kematian kita setiap hari, setiap menit, setiap detik dan
setiap saat, dan semua ini tanpa kita sadari. Yang kita "sadari"
hanyalah menikmati semua kenikmatan duniawi selama mungkin, dan tidak
pernah terbetik di dalam benak kita untuk apa sebenarnya kita ini lahir
atau hidup, atau dilahirkan atau dihidupkan? Dan Yang Maha Esa di sini
diibaratkan dengan mulut Yang Penuh dengan bara api yang membakar kita
semua akhirnya. la menjilat dengan bara-apiNya seluruh alam semesta
ciptaanNya Sendiri, dan akhirnya terbakar atau musnahlah alam semesta
ini dalam DiriNya Sendiri. Dengan kata lain, semua yang berasal dari Dia
kembali kepadaNya, tanpa kecuali.
31. Aduh Vishnu! Beritahukanlah daku siapakah DiKau ini. Mengapa
bentukMu begitu menakjubkan? Aku memujaMu: Ampuni daku, Tuhan Yang Maha
Agung! Aku ingin mengetahuiMu, Yang Maha Esa! Karena Tak kuketahui akan
jalan-jalanMu!
Arjuna, pada saat ini ibarat telah kacau pikirannya,
bukan saja ia amat takjub pada penampilan yang maha-dahsyat ini, tetapi
juga sekaligus ia ketakutan dan gemetar akan kebesaran Yang Maha Kuasa
yang tak ada tandinganNya ini. la pun bertanya-tanya bagaimana cara
kerja sebenarnya dari Yang Maha Kuasa menunjang kehidupan di alam
semesta ini, dan ketakutanlah ia melihat para pahlawan-pahlawan nan
sakti dari kedua laskar di Barata-Yudha ini, semuanya melaju deras ke
mulut Sang Kreshna (Sang Vishnu) yang amat menakutkan ini. Bukan saja
mereka yang bersifat iblis, tetapi mereka yang dianggap baik pun melaju
deras ke arah kematian. Segera ia memohon ampun kepadaNya karena
gentarnya menghadapi Yang Maha Esa dalam bentukNya yang sukar dimengerti
ini. Bukankah kita manusia ini sering sekali ingin melihat bentuk Yang
Maha Kuasa, tetapi siapakah sebenarnya di dunia ini yang mampu
melihatNya? Baru sebagian kecil dari bentukNya saja sudah menyeramkan,
apa lagi bentukNya yang maha tak terbatas. Arjuna sendiri yang disebut
pahlawan utama saja tidak mampu menahan gentarnya, apa lagi kita manusia
awam.
Tuhan Yang Maha Esa, memang Maha Indah tetapi Ia juga Maha
Menakutkan, ini adalah sebuah fakta yang harus kita terima. Ia adalah
Maha Pengasih dan Penyayang tetapi juga adalah Maha membinasakan,
terimalah ini sebagai suatu fakta untuk pelajaran dan penghayatan kita,
agar hormat kita kepadaNya menjadi lebih sempurna lagi. Arjuna yang
gemetar ketakutan dan merinding, bulu-bulu di sekujur raganya, jatuh
berlutut dan memohon kepadaNya agar diberikan pengampunan. Ia juga
memohon keterangan apa arti dari semua penampilan Yang Maha Esa ini?
Apakah arti dari kebinasaan semua pahlawan dan manusia ini? Dan Sang
Kreshna Yang Maha Pemurah pun mengabulkan permintaan Arjuna yang sedang
dilanda rasa takjub yang luar biasa ini.
Bersabdalah Yang Maha Esa:
32. Aku
adalah Sang Waktu, yang menghancurkan dunia ini! Sang Waktu Yang
menumpas, saatnya telah tiba kini, dan matang bagi hancurnya para laskar
ini: walaupun engkau lari, semua ini akan tetap binasa.
Sang Kreshna
adalah Sang Kala (Waktu), Sang Waktu yang mematikan para laskar,
pendekar dan pahlawan di Kuruksetra. Di alamNya Sang Kreshna tak ada
waktu, atau kondisi-kondisi yang terikat pada waktu. Tetapi di dunia ini
terciptalah waktu, yang sebenarnya adalah hasil ilusi manusia itu
sendiri, seperti pagi dan malam, hari-hari, dan jam-jam, bulan-bulan dan
tahun-tahun dan lain sebagainya, sehingga manusia itu sendiri terjebak
di dalam waktu yang menjadi hasil karyanya sendiri. Sehingga semuanya
oleh manusia diukur dengan waktu, baik itu pekerjaan maupun itu usia
seseorang. Akibatnya manusia itu selalu berpacu dengan sang waktu,
sehingga terciptalah juga kondisi-kondisi seperti waktu-kelahiran dan
waktu-kematian. Kalau saja manusia tidak terikat pada waktu maka kita
pun tak akan terikat kepada dunia ini dan segala ekses-eksesnya dan
segala aspek-aspeknya seperti mati, lahir, hidup, dan lain sebagainya.
Apakah sebenarnya yang kita cari di dunia ini, mengapa manusia selalu
terburu-buru berpacu dengan sang waktu, seakan-akan semua akan menjadi
berlarut-larut? Padahal semua ini hanyalah ilusiNya saja. Kita
seharusnya sadar bahwa Sang Waktu Yang Sejati adalah Yang Maha Esa, Ia
lah Yang Maha Tahu bila seseorang atau makhluk harus lahir dan harus
mati, dan bila ia (seseorang) harus bekerja dan berfungsi semestinya
seperti yang telah Ia atur.
33. Bangkitlah dikau, ayo! Dapatkanlah yang sudah diketahui!
Berperanglah
dengan musuh-musuhmu! Kerajaan ini menantimu. OlehKu, dan bukan
olehmu, semua ini telah terbantai, seakan-akan dikau yang membantainya!
Jadilah alat Ku! Seranglah, wahai Kshatrya!
Arjuna boleh lari dari
kenyataan ini, dan ia boleh saja melepaskan tanggung-jawabnya sebagai
seorang pahlawan dan kshatrya dan ingkar dari kewajibannya, tetapi Yang
Maha Kuasa yang menentukan apakah ia harus berperang, bekerja, bertindak
atau tidak berbuat sesuatu apapun juga. Yang Maha Esa lah yang
menentukan lahir dan matinya para Pandawa dan Kaurawa. Ia juga yang
menentukan lahir dan mati kita semuanya beserta seluruh ekses-ekses
kehidupan kita. Ia juga lah Sang Waktu Yang Sejati Yang Maha Mengetahui
dan Menentukan Segala-galanya. Seyogyanyalah kita sadar akan hal ini. Om
Tat Sat.
34. Menyeranglah dikau terhadap Drona! Dan seranglah
Bhisma! Juga Kama, dan Jayadratha — semua pahlawan di sini. Ketahuilah
sudah Kuputuskan mereka binasa! Janganlah gentar! Berperanglah dikau dan
tumpaslah yang telah tertumpas ini!
Arjuna hanya diminta untuk
menjadi alat atau instrumen Sang Maha Kuasa saja, karena kematian
semuanya di Kurukshetra telah ditakdirkanNya sesuai dengan kehendakNya
semata. Yang penting bagi Arjuna (dan kita tentunya) adalah usaha atau
perjuangan yang 'simbolis' saja. Seyogyanya kita pun berperang terhadap
hawa-nafsu dan angkara-murka yang meraja-lela di sekitar kita, dan kita
pasti akan berhasil selama kita bekerja demi dharma-bhakti kita
terhadapNya semata. Serahkan semua hasil atau buah dari setiap tindakan
ini kepadaNya untuk ditentukan sesuai dengan keinginanNya, karena la
juga Yang Maha Menentukan semuanya ini, kita hanya bertindak sebagai
alat-alatNya saja.
Berkatalah Sanjaya:
35. Setelah
mendengar kata-kata ini dari Sang Kreshna, Arjuna sambil mengatubkan
kedua tangannya, dalam keadaan gemetar, membungkukkan badannya untuk
bersujud. Penuh rasa gentar dan bersuara sengau, Arjuna sekali lagi
menyapa Sang Kreshna.
Berkatalah Arjuna:
36. Oh Kreshna!
Benar-benar dunia ini berbahagia menyaksikan kekuasaanMu yang tanpa
Batas, dan memujaMu! Para raksasa yang ketakutan akan bentukMu lari
tunggang-langgang, dan para Siddha bersujud kepadaMu.
37. Bagaimana
mungkin mereka tak menghormatiMu, Tuhan! Oh Dikau Yang Agung dan Esa!
Dibandingkan dengan Sang Brahma yang agung dan pencipta pertama, Dikau
lah Yang Maha Agung! Dikau Tuhan para dewa! Yang Maha Pasti! Ada - dan
Tiada, Yang berbentuk Makhluk dan Yang bukan Berbentuk makhluk, dan Yang
lebih lagi dari keduanya ini - Itu Yang Maha Gaib - Yang Maha Esa!
38. Dikau
adalah di atas para dewa. Dikaulah Manusia Abadi. Di dalamMu alam
semesta terjamin kelestariannya! Yang Mengetahui dan Yang Diketahui -dua
dalam satu adalah Dikau! Tujuan Yang Agung dan Suci, semuanya ada di
dalamMu!
39. Oh, Dikau adalah Sang Vayu (Sang Bayu)! Dan Dikau
adalah Yama (Kematian)! Agni (Api) dan Dikau adalah Sang Ombak! Dan
Dikau adalah Sang Rembulan! Prajapati adalah Dikau. Bapak dari semuanya!
Seribu kali aku berseru memujaMu!
40. Seru puja kepadaMu dari depan dan belakang! Dan seru puja di setiap
sisi! Oh Semua! Dengan kekuatanMu, Oh Yang Tanpa Batas! Sendiri, Dikau
mengelilingi semuanya.
Dikau Yang Esa di dalam semuanya, dan seyogyanya, Dikaulah SemuaNya!
Begitu
kagum dan takjubnya Arjuna ini, maka mulailah ia bersenandung, memuja
Yang Maha Esa sambil berpuisi. Bab ini adalah satu-satunya yang disusun
dengan bentuk puisi karena ulah Sang Arjuna yang sedang tergetar
jiwa-raganya melihat kebesaranNya Yang Tak Terbatas itu. Menurut Arjuna
(di sloka-sloka di atas), seluruh alam semesta penuh dengan rasa kasih,
hormat dan kesentosaan melihat dan menyaksikan kebesaran Yang Maha Besar
ini. Di satu pihak para raksasa, syaitan dan iblis beserta sekalian
kuasa-kuasa gelap berlarian jauh dengan penuh rasa ketakutan, maka di
pihak lain para resi, orang-orang suci, dewa-dewi dan kuasa—kuasa yang
terang datang bersujud di hadapanNya, memuja-muji Yang Maha Kuasa tanpa
henti-hentinya.
Bukankah Ia lebih agung dari Dewa Brahma, sang
pencipta dunia ini? Bukankah Ia juga Tuhan dari segala dewa-dewi dan
tuhan-tuhan lainnya yang disembah manusia? Dan bukankah Ia juga yang
memelihara alam semesta ini, dan bukankah semua yang bergerak dan dan
yang tidak bergerak, semuanya datang dan pergi dari dan ke DiriNya juga?
Ia juga yang disebut Sat (Abadi) dan yang disebut juga Asat(yang tidak
abadi). Dan Ia juga yang disebut Tat Para, yaitu Itu Yang Maha Agung dan
Suci. Ia juga Pemilik Semua Ini. Ia juga Maha Mengetahui dan Yang Maha
Diketahui. Ia lah tempat tujuan kita yang maha agung dan suci, dan di
dalam bentukNya seluruh alam semesta ini tersebar. DariNya juga
terbentuk fenomena-fenomena alam seperti angin, hujan, kematian, api,
rembulan, dan juga Prajapati dan para dewa-dewi. Arjuna juga melihatNya
dari aspek-aspek lain seperti aspek kasih dan cinta Ilahi, sebagai bapak
dari seluruh alam semesta dan kita semuanya, guru, teman, yang
melindungi semuanya, sebagai Cinta-Kasih Yang Abadi, Kebenaran Yang Tak
Terbinasakan, sebagai Kehidupan Yang Tak Pernah Sirna. Dan akhirnya,
Arjuna dengan penuh takjub dan ekstasi menyatakan, "Dikaulah SemuaNya,
Oh SemuaNya."
41. Sering aku berbicara kepadaMu secara
gegabah, dan kupikir Dikau sebagai 'teman' dan tak kusadari akan
kebesaranMu ini, dan kupanggil Dikau 'Kreshna,' 'Pangeran' atau
'Sahabat'!
42. Karena sayang dan juga karena ingin bercanda
denganMu, sering kuberbuat salah terhadapMu, pada saat-saat kita sedang
berbaring, duduk, bersantap atau sedang berduaan, atau sedang dengan
yang lain-lainnya! Oh Yang Tak Berdosa, untuk ini (semua) kumohon
kepadaMu! Maafkan! Maafkan kesalahan-kesalahan ku, Yang Maha Abadi!
Arjuna
yang baru sadar bahwa Sang Kreshna yang selama ini dianggapnya teman
bercanda (hubungan keduanya amat akrab) di bumi ini, ternyata adalah
penjelmaan Yang Maha Esa, dan karena takut dan takjubnya, langsung
secara amat spontan dan jantan ia pun meminta dimaafkan semua
kesalahan-kesalahannya. Bukankah sering sekali hal-hal yang serupa kita
alami juga. Kita sering memuja Yang Maha Esa dengan harapan la akan
datang menolong kita dari penderitaan yang kita alami. Sebenarnya setiap
saat la hadir dan menolong kita, tetapi dalam bentuk orang lain, atau
makhluk lain, bahkan dalam bentuk sesuatu kejadian, yang tidak kita
sadari, dan sering sekali kita mencemoohkan atau mengacuhkan semua ini.
Kita sering lupa akan Dia karena kehidupan kita sehari-hari hanya
diperhitungkan secara duniawi dan berdasarkan yang ilmiah-ilmiah saja,
bahkan yang kita anggap rasional saja. Lupa kita akan kehidupan dan
kemukjizatan spiritual, ke-gaiban-Nya yang maha tak terkirakan atau
terpikirkan itu. Semua sering sekali kita anggap suatu kebetulan belaka,
di dunia ini tiada sesuatu pun yang serba kebetulan, semuanya secara
spiritual sudah terencana dan terkoordinir dengan baik, sampai ke
hal-hal yang sekecilnya, ini harus dicamkan oleh kita semuanya. Kalau
sadar akan hal ini, maka segeralah memohon maaf kepadaNya, karena Ia
Maha Pemaaf dan Pengasih dan Penyayang kita semuanya.
43. Karena
sekarang kuketahui Dikau adalah Bapak Agung dari semua yang dibawah dan
semua yang di atas, dari semua loka-loka di seluruh alam semesta ini!
Dikau adalah guru yang paling dikagumi dan tak tertandingi di seluruh
loka-loka ini. Bagaimana mungkin ada seseorang di dunia ini yang lebih
agung dari kebesaranMu? Dikau lah Yang Tertinggi, Tuhan, kupuja Dikau!
44. Dengan
tubuh yang membungkuk dan menunduk, aku bersujud dan memohon karuniaMu,
Oh Tuhan Yang kukagumi! Tunjanglah daku, ibarat seorang ayah yang
menolong putranya, ibarat seorang sahabat yang menolong sahabatnya,
ibarat seorang kekasih yang menolong yang dikasihinya!
Arjuna di
sloka-sloka di atas menyebut Sang Kreshna sebagai 'Ayah atau Bapak semua
loka-loka,' sebagai seorang guru yang tanpa tandingannya, dan Arjuna
pun memohon kepadaNya agar Sang Kreshna sudi membantu, menolong dan
menunjangnya ibarat seorang ayah yang menolong anak-anaknya, dan
beberapa contoh-contoh lainnya seperti di atas. Dengan kata lain,
sebenarnya Arjuna yang telah sadar akan KebesaranNya mohon agar sudi di
kasihi dan dikaruniai oleh Yang Maha Kuasa. Barang siapa sadar akan
kasih-sayang Ilahi Yang Tak Ada Taranya itu, maka orang ini pastilah
seseorang yang telah mendapatkan penerangan dan kebijaksanaan yang tak
ada taranya. la betul-betul telah sadar secara sejati akan Yang Maha Esa
dan Segala KebesaranNya.
45. Telah kulihat Itu yang tak
pernah terlihat sebelum ini — bentukMu yang menakjubkan! Hatiku bahagia
tetapi penuh dengan ketakutan! Oh Tuhannya tuhan-tuhan! Gunakanlah tubuh
duniawiMu, agar terlihat oleh mata duniawi (ini)!
Jiwa Arjuna
tergetar terus melihat Kebesaran Yang Maha Kuasa ini, Yang Tanpa Batas
dan tak pernah terlihat oleh siapapun sebelum ini. Tetapi karena
ketakutan akan WujudNya ini, ia berseru memohon agar Sang Kreshna sudi
kembali ke WujudNya yang semula seperti wujud manusiaNya, yaitu Sang
Kreshna, agar Arjuna dapat menyaksikannya lagi dengan mata manusianya
tanpa merasa gentar lagi.
46. Kuharap melihatMu seperti yang
dahulu, berhiaskan mahkota, gada dan cakra di tangan, Oh Yang Bertangan
Seribu, Oh bentuk Yang Universal, Mohon perlihatkan bentukMu sebagai
Vishnu Yang Bertangan Empat!
Bersabdalah Yang Maha Pengasih:
47. Yah! Telah kau lihat, Arjuna! Dengan karuniaKu dan melalu kekuatan Yoga, bentukKu yang agung dan suci, Yang Maha Luas,
48. Dan
menakjubkan, sangat terang-benderang, tak ada habis-habisNya, Yang
utama (pertama), Yang mengisi semuanya---Yang selain dikau tak pernah
terlihat oleh yang lainnya sebelum ini!
Penglihatan ini tak dapat
terlihat oleh Veda-Veda, atau para pangeran! Atau dengan pengorbanan,
atau amal, atau dengan mantra-mantra, atau dengan puja-puji suci, atau
dengan puasa yang berkepanjangan. Tak seorang pun di dunia ini dapat
melihatnya, karena penglihatan ini hanya disimpan untuk dikau semata!
Sang
Kreshna menerangkan kepada Arjuna bahwa penglihatan Ilahi yang
dikaruniakanNya kepada Arjuna memang khusus telah disediakan untuknya
semata dan tidak diperlihatkan kepada dewa-dewa atau yang lain-lainnya.
Suatu penghormatan yang luar biasa bagi Arjuna karena dianggap murid dan
pemujaNya yang sangat setia dan berdedikasi, bahkan puasa yang
berkepanjangan atau penyiksaan diri yang diluar-batas pun tak dapat
menghasilkan penglihatan Ilahi ini, juga tidak yagna atau amal dan
perbuatan perbuatan baik lainnya. Hanya yang terpilih olehNya akan
mendapatkan Karunia ini, seperti yang dikaruniakan kepada Arjuna yang
disayangiNya.
49. Janganlah kalut! Janganlah dikau gentar,
karena melihat bentuk yang menakutkan ini! Bebaslah dari rasa takutmu!
Berbahagialah hatimu! Saksikanlah lagi bentukKu yang telah lama dikau
kenal!
Berkatalah Sanjaya:
50. Setelah bersabda demikian
kepada Arjuna, Sang Kreshna sekali lagi kembali ke bentukNya yang
semula. Yang Maha Agung, setelah kembali ke bentuk yang lembut,
menghibur Arjuna yang sedang ketakutan.
Berkatalah Arjuna:
51. Sekali lagi kulihat bentuk manusiaMu yang lembut, oh Kreshna, dan jiwaku berubah tenang. Aku kembali ke sifatku yang semula.
Mulailah
hilang rasa takut dan gentar sang Arjuna, setelah melihat vujud lembut
Yang Maha Pengasih. Yang dimaksud dengan wujud lembut Sang Kreshna
adalah wujudNya sebagai manusia. Di versi lain Bhagavat Gita yang
diterjemahkan oleh pengarang-pengarang lainnya, maka di sloka-sloka di
atas diterangkan bahwa Yang Maha Esa, mengubah DiriNya dari bentukNya
yang menyeramkan ke bentuk Sang Batara Vishnu yang lembut dan bertangan
empat, dan langsung kemudian merubah DiriNya lagi ke bentuk lembut Sang
Kreshna. Walaupun oleh penterjemah buku ini XL Vaswani tidak disebutkan
secara jelas hal di atas ini, tetapi sudah terang maksudnya demikian,
karena pada sloka-sloka di bawah ini ada hubungannya dengan bentuk Sang
Vishnu tersebut.
Bersabdalah Yang Maha Pengasih:
52. Sukar
sekali untuk melihat bentukKu yang telah kau saksikan ini (bentuk Sang
Vishnu bertangan empat). Bahkan para dewa mendambakan sekali melihatKu
dalam bentuk ini.
53. Tetapi tak dapat Aku terlihat dalam
bentuk yang telah kau saksikan ini, walaupun dengan (mempelajari)
Veda-Veda, dengan puasa, dengan pemberian-pemberian atau dengan
pengorbanan-pengorbanan.
Sang Kreshna menegaskan sekali lagi kepada
Arjuna, bahwa tidak mungkin la dapat terlihat dalam bentuk agungNya
seperti yang disaksikan oleh Arjuna baru saja, walaupun seseorang
menyiksa dirinya setengah-mati, atau beramal sebanyak apapun juga, atau
bahkan dengan mempelajari Veda-Veda selama apapun juga. Mengapa Sang
Kreshna mengulang semua pernyataan ini kepada Arjuna? Karena dibalik itu
tersirat suatu jalan untuk melihatNya dalam bentukNya yang mulia dan
maha suci ini, dan jalan itu juga terbuka untuk kita semua.
Perhatikanlah sloka-sloka yang menyusul di bawah ini, karena sebenarnya
yang dikenhendaki oleh Yang Maha Esa dari kita semuanya ini amat
sederhana sifatnya dan bukan yang sukar-sukar atau yang menyiksa diri
sendiri. Lihat sloka yang berikutnya ini.
54. Tetapi hanya
dengan kesetiaan kepadaKu semata — kesetiaan (dedikasi) yang tak
terpecah-pecah — maka Aku akan diketahui dan terlihat dalam intisariKu
dan bahkan dimasuki ke dalamNya, oh Arjuna!
55. Seseorang yang
bekerja untukKu, yang menjadikan DiriKu sebagai tujuan yang suci dan
agung -- ia, pemujaKu, lepas dari keterikatan, tanpa rasa-jahat kepada
sesama makhluk, ia datang kepadaKu, oh Arjuna!
Jadi sebaiknya
seseorang tak perlu untuk mencari-cari kekuatan-kekuatan gaib untuk
dirinya agar menjadi sakti atau berpengaruh secara duniawi. Yang Maha
Esa dan yang peneranganNya tidak dapat dicapai dengan kesaktian jenis
apapun juga, karena kesaktian yang sejati diberikanNya sendiri kepada
mereka-mereka yang memenuhi kriteria-kriteriaNya untuk hal-hal tersebut;
penggunaan kesaktian-kesaktian ini umumnya harus bersifat kemanusiaan
dan untuk sesamanya dan demi pengabdian kepadaNya semata. Kesaktian
semacam ini umumnya timbul atau datang tanpa diminta dan merupakan
karuniaNya yang khusus untuk pemuja-pemujaNya yang tulus dan beriman dan
tanpa-pamrih. Maka seyogyanyalah berdedikasi kepadaNya tanpa
terpecah-pecah iman maupun pikiran kita, terpusat seluruhnya kepadaNya
semata, dan jadikanlah Ia tujuan kita yang suci dan agung, dan
cintailah, hormatilah, dan tolonglah sesama makhluk di dunia ini secara
merata dan tanpa diskriminasi, karena bagaimana mungkin sesorang
mencintaiNya dengan tulus kalau ia tidak mencintai atau mengasihi semua
ciptaanNya di alam semesta ini secara tulus. Jangan sekali-kali
menyakiti hati orang lain, atau mengusik makhluk lainnya yang tidak
berdosa maupun yang berdosa tanpa seseuatu alasan yang pasti dan dapat
dipertanggung-jawabkan kepadaNya. Dengan begitu kita akan meniti jalan
ke arahNya. Jadi intisari ajaran-ajaran Sang Kreshna adalah kalau
seseorang ingin melihatNya atau ingin mencapaiNya atau dengan kata lain
ingin mengetahui dan mengenal ilmu pengetahuan yang agung dan suci dan
kebijaksanaan yang agung dan suci ini, maka jalannya amat sederhana,
yaitu "dedikasi dan kesetiaan yang tulus kepadaNya semata." Benar kata
Sri Shankar Acharya, seorang guru besar Hindu di masa yang lalu, bahwa
sloka 55 pada bab ini sebenarnya adalah "intisari dari seluruh Bhagavat
Gita."
Dalam Upanishad Bhagavat Gita, Ilmu Pengetahuan Yang Abadi,
Karya-Sastra Yoga, dialog antara Sang Kresnha dan Arjuna, bab ini adalah
bab yang kesebelas yang disebut:
Vishvarupa Darshana Yoga atau Ilmu pengetahuan Tentang Penglihatan Bentuk Kosmos.