Berkatalah Arjuna:
1. Para pemuja yang selalu harmonis, memujaMu,
dan para pemuja lainnya yang memuja Yang Tak Terbinasakan, Yang Tak
Berbentuk - di antara mereka ini, yang manakah yang lebih terpelajar
dalam ilmu pengetahuannya (dalam yoganya.)
Pertanyaan ini mungkin
telah menggelitik kita selama ini, karena pasti merupakan salah satu
pertanyaan di dalam hati sidang para pembaca yang terhormat. Yang
manakah yang lebih baik atau sempurna, memuja Sang Kreshna dalam bentuk
manusiaNya, atau memuja Yang Maha Esa (Para Brahman), Yang Maha Agung
dan Abadi, Yang Tak Berbentuk, Yang Maha Hadir dan Yang Tak
Terbinasakan. Jalan manakah yang terbaik: berbhakti kepada Sang Kreshna
atau berkonsentrasi kepada Sang Brahman Yang Tak Terlihat oleh mata
duniawi kita? Dalam pemujaan terhadap Sang Kreshna terdapat dua faktor
penting, yaitu bhakti dan/atau dedikasi, dan kedua seva atau
pekerjaan/pemujaan yang dipersembahkan kepadaNya. Dengan kata lain:
bekerja untukNya. Tetapi dalam pemujaan kepada Yang Maha Esa Para
Brahman, bhakti atau seva tidaklah dianggap penting, yang penting adalah
meditasi secara terus-menerus (berkesinambungan) atau pemfokusan
pikiran (mental) yang terus-menerus kepada Yang Maha Esa (kontemplasi).
Tentu saja bagi Arjuna di masa itu, dan bagi kita di masa kini,
pertanyaan akan timbul, pemujaan yang manakah yang terbaik, sebenarnya
bukankah Sang Kreshna dan Para Brahman ini sama saja, dua dalam satu,
atau satu yang menjadi dua.
Bersabdalah Yang Maha Pengasih:
2. Mereka yang memusatkan pikirannya kepadaKu, memujaKu, yang selalu
harmonis dan terlapis dengan iman yang tertinggi - merekaKu anggap
sebagai yogi-yogi yang terbaik.
3. Mereka yang memuja Yang Maha Tak
Terbinasakan, Yang Tak Terterangkan, Yang Tak Berbentuk, Yang Selalu
Hadir, Yang Tak Terpikirkan, Yang Tak Berganti-ganti, Yang Tak
Bervariasi, Yang Konstan -
4. (Mereka yang memuja dengan cara
demikian), menahan indra-indranya, memandang setiap benda secara
sama-rata, bahagia dengan kesentosaan setiap makhluk -- mereka pun
datang padaKu.
5. Mereka yang pikirannya terpusat kepada Yang Maha
Esa (Yang Tak Berbentuk), berusaha secara susah-payah (untuk
mencapaiNya); karena jalan ke arah Yang Maha Esa ini sukar bagi mereka
yang memiliki raga.
Sang Kreshna mengatakan bahwa kedua bentuk
methode dedikasi atau pemujaan di atas adalah benar, tetapi dengan
memuja Sang Kreshna dalam bentuk manusia itu lebih efisien atau mudah,
karena manusia cenderung memilih bentuk yang mudah dimengerti, sedangkan
Yang Maha Esa dalam bentukNya yang tak terlihat dan tak berwujud, tentu
saja sukar untuk dihayati dan dijangkau oleh rata-rata manusia, apa
lagi yang masih gemar akan kenikmatan duniawi, tetapi ini tidak berarti
lalu tidak ada manusia yang mampu langsung mencapaiNya (Para Brahman).
Sebenarnya dalam sejarah agama Hindu terdapat banyak bukti bahwa banyak
sekali individu-individu suci yang mampu menjangkauNya (mencapai Yang
Maha Esa) dan bersatu denganNya. Bagaimana pun juga setelah tahap
pemujaan kepada Sang Kreshna maka pemuja ini pada kesempatan berikutnya
akan diteruskan kepada Sang Brahman juga. Di sini Sang Kreshna bertindak
amat demokratis dan fleksibel, la memperbolehkan para pemuja untuk
memuja dengan jalan apa saja sesuai dengan keinginan kita.
6. Mereka
yang mengkonsentrasikan setiap tindakan mereka kepadaKu, memandangKu
sebagai Tujuan Yang Agung dan Suci, dan yang dengan dedikasi yang
tunggal, memujaKu dan bermeditasi kepadaKu,
7. Mereka ini, oh Arjuna,
dengan segeraKu selamatkan dari samudra kematian dan kehidupan, mereka
yang pikirannya selalu terpusat kepadaKu.
Di sini terlihat Sang
Kreshna menganjurkan Arjuna untuk memilih jalan bhakti kepada Sang
Kreshna, karena sebagai manusia yang memiliki raga, jalan ini lebih
cepat dan mudah. Dan dengan jalan ini pun asalkan dedikasinya tak
terpecah-pecah, maka pasti akan diselamatkan dari dunia yang penuh
dengan derita ini.
8. Pusatkan padaKu semata pikiranmu dan letakkan
pengertianmu di dalamKu. Dan tanpa ragu lagi sesudah ini dikau akan
tinggal denganKu semata.
9. Tetapi jika dikau tak mampu secara teguh
memusatkan pikiranmu padaKu, sebaiknya dikau berusaha untuk mencapaiKu,
oh Arjuna, dengan yoga yang penuh konsentrasi dan usaha yang
terus-menerus.
10. Dan juga sekiranya dikau tak mampu untuk
mengusahakan konsentrasi, beritikadlah untuk bertindak demi Aku.
Bekerjalah demi Aku, dan dikau akan mencapai kesempurnaan.
11. Dan
sekiranya dikau tak bersemangat untuk bertindak demikian, maka lepaskan
hasrat untuk mendapatkan hasil dari tindakan-tindakanmu, carilah
perlindungan dan berdedikasilah kepadaKu, dengan cara mengendalikan
dirimu.
Sang Maha Pemurah Hati, Sang Kreshna mulai menerangkan
cara-cara atau tahap-tahap dedikasi menuju Sang Kreshna, dan semua
keterangan ini diberikan dengan cara yang amat demokratis dan tidak
mengikat atau memaksa Arjuna atau pun kita semua. Cara-caraNya amat
mudah dan dapat disarikan sebagai berikut ini:
a. Pusatkan pikiran
kepadaNya semata dan usahakan agar pengertian kita ada dalam DiriNya
(Sang Kreshna atau Yang Maha Esa). Konsentrasi pikiran dan daya intelek
kita pada Sang Kreshna, Yang Maha Esa, secara perlahan, terarah dan
pasti, adalah cara yang terbaik. Berkonsentrasi kepadaNya walaupun
ditengah-tengah kesibukan pekerjaan kita menandakan makin matangnya kita
dan dedikasi kita kepadaNya. Pikiran (mind) dan buddhi (intelek atau
pengertian yang benar) kalau digabung dan dipusatkan kepadaNya pasti
akan menghasilkan keajaiban-keajaiban atau pengalaman-pengalaman yang
menakjubkan dan tak dapat dipercaya oleh orang lain. Dengan jalan lain
semua ini mengajurkan kita untuk bermeditasi atau bersemedi barang
sejenak setiap harinya dengan meluangkan sekedar waktu yang khusus untuk
dan kepada Sang Kreshna, Yang Maha Esa dengan penuh bhakti dan
dedikasi, dan kasih yang tulus.
b. "Dengan ilmu pengetahuan (yoga)
yang penuh usaha, cobalah untuk mencapaiKu," kalau pertama di atas tadi
seseorang dianjurkan bermeditasi atau memusatkan pikiran dan inteleknya
kepada Sang Kreshna, maka pada anjuranNya yang kedua disabdakan kepada
mereka yang tidak mampu melakukannya untuk mencoba dengan usaha-usaha
untuk mencapaiNya, dan ini disebut abhyasa-yoga (yoga usaha atau
disiplin kebebasaan), yang merupakan tahap yang lebih mudah bagi
seseorang. Abhyasa atau kebiasaan memujaNya pasti lambat laun akan
meningkat menjadi suatu yang teguh, dan kemudian proses ini lambat laun
akan berubah menjadi meditasi pada suatu saat. Untuk menjadi meditasi
maka Yang Maha Kuasa pasti akan menunjukkan jalannya waktu saat untuk
itu tiba.
c. "Berkemauanlah bekerja demi Aku," kalau samadhi atau
meditasi belum dapat dilaksanakan maka sebaiknya abhyasa, tetapi kalau
yang kedua ini pun masih sukar untuk dilaksanakan, maka cobalah jalan
ketiga yang bersifat tahap yang lebih awal lagi dari dua jalan di atas
tadi, yaitu kita sebaiknya mencoba bekerja demi Sang Kreshna, Yang Maha
Esa, dalam setiap tindakan kita. Secara mental kita berusaha untuk
menyerahkan semua hasil pekerjaan kita kepadaNya. Apapun yang kita
lakukan, apakah itu makan dan minum, tidur, bekerja demi keluarga,
kewajiban apapun yang kita lakukan, lakukan demi pemujaan terhadap Yang
Maha Esa semata, jadikanlah Ia tujuan atau cita-cita akhir kita
semuanya.
d. "Serahkan atau pasrahkan semua hasil pekerjaanmu
kepadaNya," dan kalau bekerja unrukNya masih terasa sukar, maka Sang
Kreshna dengan amat demokratis dan banyak kompromi, dan dengan kasihNya
menganjurkan agar hasil atau efek atau buah dari setiap tindakan,
pekerjaan, aksi atau perbuatan kita dipersembahkan kepadaNya. Tidak
berlebihan bukan anjuran Yang Maha Pengasih ini? Kita tetap saja bekerja
demi keluarga dan kewajiban kita, tetapi semua hasil atau efek dari
pekerjaan ini secara mental kita persembahkan kepadaNya, dan terserah
kepadaNya apapun hasil pekerjaan itu, karena bukankah semua ini dariNya,
untukNya dan olehNya juga! Pasrahkanlah semua nya kepada Yang Maha Esa,
dan terjadilah apa yang harus terjadi sesuai dengan kehendakNya semata.
Berimanlah kepadaNya selalu, dan semuanya akan berakhir dengan baik
sesuai dengan rencana-rencanaNya yang telah diaturNya secara cermat dan
terperinci masing-masing untuk setiap individu dan makhluk dan lain
sebagainya. Sekali semuanya sudah dipasrahkan dan dipersembahkan
kepadaNya, maka semua itu bukan masalah atau kenikmatan kita lagi,
tetapi sudah menjadi persoalan Yang Maha Esa kembali, jadi terjadilah
apa yang harus terjadi. Yang penting adalah iman kita kepadaNya dalam
segala-galanya. Serahkanlah setiap sukses dan kegagalan kita kepadaNya,
dan jangan sekali-kali meminta atau mengharapkan apapun dariNya kecuali
kehendakNya, dan bekerjalah selalu sesuai dengan kewajiban kita.
Terimalah semua kehendakNya dengan senang, pasrah, tulus dan jujur dan
tanpa pamrih. Berterima-kasihlah untuk semua yang telah diberikanNya
kepada kita, apapun itu sifatnya. Sloka-sloka berikutnya banyak
menyiratkan pemberian dan kasih-sayang Yang Maha Esa kepada kita semua.
12. llmu
pengetahuan itu lebih baik sifatnya daripada usaha konsentrasi yang
terus-menerus, meditasi itu lebih baik daripada ilmu pengetahuan, dan
yang lebih baik dari meditasi adalah persembahan semua hasil perbuatan
karena setelah itu menyusullah kedamaian,
Secara bertahap sebenarnya
Sang Kreshna menganjurkan kita meniti jalan ke arah kedamaian dalam
hidup ini, yaitu melalui abhyasa (usaha dan konsentrasi) lalu menanjak
ke ilmu pengetahuan, alau naik lagi ke meditasi, dan lalu yang lebih
tinggi lagi, yaitu pemasrahan secara total semua hasil dari perbuatan
kita, dan setelah pemasrahan total ini maka akan ditemui kedamaian.
Sebenarnya semua tahap atau jalan yang diajarkan Sang Kreshna itu
penting bagi kehidupan spiritual kita, tetapi yang paling penting adalah
pemasrahan secara total semua hasil dari perbuatan kita secara sadar
dan tulus, dan tanpa pamrih yang diikuti oleh mental atau pikiran dan
buddhi kita secara paralel. Inilah sebenarnya rahasia agung dan suci
yang tersirat dalam ajaran-ajaran Sang Kreshna dalam Bhagavat Gita, dan
kalau kita secara tulus, suci dan sadar melaksanakan semua ini, maka
yang dikembalikan kepada kita ini adalah rasa kedamaian yang tak ada
taranya, dan apa lagi yang lebih penting untuk sesuatu makhluk hidup di
dunia ini kalau bukan rasa damai yang tanpa disertai rasa takut atau
khawatir dalam menjalani hidup ini!
13. Seseorang yang tak mempunyai
itikad buruk terhadap siapapun (dan apapun), bersikap bersahabat dan
selalu simpatik, bebas dari rasa egoisme dan rasa memiliki, dalam suka
dan duka bersikap tenang, selalu memaafkan;
14. Sang yogi ini yang
selalu menerima apa yang didapatkannya, selalu harmonis dan menjadi tuan
(yang berkuasa) atas diri pribadinya sendiri, tegas, dengan pikiran dan
intelek yang didedikasikan kepadaKu — ia, pemujaKu ini, adalah yang
Kukasihi.
Sang Kreshna menyambung ajaran-ajaran dan
keterangan-keterangan spiritual yang penting untuk dipelajari Arjuna dan
kita semua. Kita kemudian sekarang ini dapat menilai diri-pribadi kita
masing-masing, menilai karakter dan jiwa kita masing-masing apakah
jalan-hidup kita sudah sesuai dengan yang dianjurkan Sang Kreshna Yang
Maha Pengasih ini atau masih jauh dari itu semua? Dan kalau sudah
memenuhi semua kriteria-kriteria di atas maka, apakah ungkapan itu jujur
dan tulus dan disertai rasa kesadaran yang sejati, atau hanya
dibuat-buat atau dirasakan saja? Berkarakter atau bersifat seperti yang
dianjurkan Sang Kreshna ini tidaklah mudah dilakukan oleh manusia yang
duniawi sifatnya, walaupun nampaknya anjuran-anjuran Sang Kreshna ini
mudah dan sederhana. Diperlukan latihan, penghayatan dan kesadaran yang
harus dilalui dengan proses yang memakan waktu dan disiplin spiritual
yang ketat dan tegar.
15. Seseorang yang tidak mengusik dunia ini dan
tidak terusik oleh dunia ini, yang bebas dari rongrongan rasa nikmat,
marah, dan takut — ia adalah yang Kukasihi.
Yang dimaksud Sang
Kreshna di atas ini adalah seseorang yang tak mengusik, mengganggu dan
menyusahkan orang lain, makhluk-makhluk lain dan alam serta benda-benda
di mana pun juga tanpa sesuatu alasan yang dapat dipertanggung-jawabkan;
dan tindakan semacam ini tidak dapat ditolerir olehNya walaupun sekecil
apapun tindakan ini. Juga orang ini (pemujaNya) sebaliknya tidak merasa
susah atau merasa diganggu atau terusik oleh orang maupun makhluk lain,
karena sadar bahwa semua ini adalah ciptaan-ciptaanNya dan terjadi
karena kehendakNya dan pada dasarnya adalah la juga. Orang yang sadar
ini disebut harmonis sifatnya. la telah lepas dari segala bentuk rasa
takut, senang, marah dan penampilannya selalu harmonis dan tenang dalam
menghadapi segala sesuatu baik yang menyenangkan maupun yang
menyusahkan. Orang semacam ini adalah "kekasihNya" (Yang dikasihiNya).
16. Seseorang
yang tak berambisi, yang bersih, cekatan dan cerdik dalam tindakan, tak
bernafsu, bebas dari rasa takut, yang mempersembahkan hasil dari setiap
keputusannya kepadaKu - ia, pemujaKu adalah yang Kukasihi.
17. Seseorang
yang tidak bergembira, tidak membenci, tidak bersedih, tidak bernafsu
(berangan-angan untuk memiliki atau menikmati sesuatu), yang
mempersembahkan buah dari kebaikan dan keburukan - pemujaKu yang setia
adalah yang Kukasihi.
Seseorang yang tak berambisi untuk
diri-pribadinya sendiri dan tak mengharapkan apapun juga dari segala
tindakan-tindakannya, baik secara fisik, mental maupun spiritual dan
material; yang tegas, peka, ahli dan bekerja dengan cekatan demi
kebenaran dan hal-hal yang positif; yang secara cepat mengambil
keputusan dalam suatu keadaan darurat, dan yang selalu memasrahkan hasil
dari setiap keputusan dan perbuatannya baik yang buruk maupun yang baik
kepadaNya semata, tidak akan mempunyai rasa takut untuk menghadap masa
depan dan semua yang dihadapiNya. Yang tak mementingkan atau
menginginkan sesuatu dan tak bersedih hati untuk apapun yang dihadapinya
adalah yang "dikasihiNya," yang dikasihi oleh Sang Kreshna. Andaikan
sang pemuja yang penuh dedikasi dan kesetiaan ini sudah mempersembahkan
dirinya secara total sebagai alat kepada Yang Maha Esa, maka sang alat
ini lalu sadar bahwa ia seharusnya berkewajiban untuk dipergunakan oleh
Yang Maha Esa sesuai dengan kehendakNya, apapun kehendakNya itu, dan
semua hasil pekerjaan yang dilakukannya bukan miliknya tetapi milik Yang
Maha Menentukan, jadi lalu apa lagi yang harus disedihkan dan apa lagi
yang harus digembirakan? Apa lagi yang harus membuatnya marah, benci
atau dendam dan bebagainya? Tidak ada lagi! Semua adalah pekerjaanNya,
dan semua adalah alat-alatNya semata yang memainkan peranannya
masing-masing di dunia ini; dalam kehidupan kita ini! Semakin ia sadar
akan hal ini, semakin dikasihi ia olehNya, Yang Maha Pengasih dan
berbahagialah ia yang merasa dikasihi dan dilimpahi oleh kasih Yang Maha
Kuasa, karena mencapai status ini tidaklah mudah dan boleh dikatakan
amat langka dalam dunia yang penuh dengan ilusi duniawi ini. Yang Maha
Esa Sendiri sebenarnya Amat Pengasih, terserah pada kita ingin
mendapatkan limpahan kasihNya yang bersinar terus secara sama rata untuk
setiap makhluk-makhlukNya, atau terserah kita untuk menolak kasih ini
dan lebih erat lagi merangkul nafsu-nafsu duniawi kita dan terikat erat
kepada nafsu-nafsu ini.
18. (Seseorang) yang bersikap sama terhadap
seorang teman atau seorang musuh, sama terhadap dingin dan panas,
terhadap kenikmatan dan penderitaan, bebas dari keterikatan,
19. Menerima
secara sama rata pujian dan fitnah, bersikap diam, merasa cukup dengan
apa yang diterimanya, tak memiliki rumah, berpikiran stabil, ia pemujaKu
yang setia, adalah orang yangKu kasihi.
Andaikan seseorang bersikap
sama terhadap semua kejadian yang menimpanya, seperti senang dan susah,
pujian atau hinaan, panas atau dingin, dan merasa semua itu sama saja
kadarnya, dan selalu merasa cukup dengan apa yang melandanya dan apa
yang diterimanya dan menganggapnya sebagai pemberianNya jua, maka orang
suci semacam ini adalah orang yang dikasihiNya. Andaikan ia tenang dan
damai dalam menghadapi segala sesuatu dan menyebarkan kedamaian ini pada
orang-orang di sekitarnya dan pada dirinya secara senantiasa, maka
jadilah ia seorang mauni (yang tenang dan damai secara lahir dan batin).
Andaikan ia merasa tak memiliki rumah atau tempat-tinggal (aniketah),
yaitu dengan kata lain berarti ia merasa dunia ini bukan milik atau
rumahnya yang sejati, tetapi ia hanya seorang musafir yang sedang
melakukan perjalanannya (yatra) demi suatu kewajiban yang disandangnya
demi Yang Maha Esa, dan merasa bahwa rumah atau tempat-tinggalnya yang
abadi ada di dalam Sang Kreshna, Yang Maha Esa, maka jadilah ia seorang
yang paling dikasihi oleh Sang Kreshna, dan manusia suci semacam ini
selalu tersenyum penuh arti dalam segala tindakannya; ia selalu bersikap
tenang-tenang saja penuh arti.
20. Mereka, yang benar-benar memuja
dharma (hukum) yang abadi ini, seperti yang diajarkan ini, dan penuh
dengan iman, mempercayaiKu sebagai Yang Maha Agung dan Suci -- mereka,
para pemujaKu, adalah yangKu kasihi.
Dan seorang pemuja yang tulus
yang memuja dan menjalani dharma atau hukum yang diajarkan Sang Kreshna
ini, yang adalah suatu bentuk dharma yang abadi dan tak akan pernah
sirna sepanjang masa, dan yang mengantarkan kita semua kepada tujuan
Yang Agung dan Suci, yaitu Sang Kreshna atau Yang Maha Esa itu Sendiri;
pemuja semacam ini adalah yang dikasihiNya. Jelas sudah pesan-pesan Sang
Kreshna untuk kita semuanya. Om Tat Sat.
Dalam Upanishad Bhagavat
Gita, Ilmu Pengetahuan Yang Abadi, Karya-Sastra Yoga, dialog antara Sang
Kreshna dan Arjuna, maka bob ke dua-belas ini disebut Bhakti Yoga Atau Ilmu pengetahuan Tentang Dedikasi