Bersabdalah Yang Maha Pengasih:
1. Dengan akar-akarnya yang
tumbuh ke atas dan cabang-cabangnya yang menurun, Ashvattha (pohon
beringin yang abadi) ini dikatakan sebagai yang tak dapat dihancurkan.
Dedaunannya adalah mantra-mantra Veda. Seseorang yang kenal akan pohon
ini, kenal akan Veda-Veda.
Di sini Sang Kreshna menerangkan atau menggambarkan Prakriti (kosmos,
alam semesta, atau dunia) sebagai pohon beringin yang abadi, yaitu
Ashvattha. Kata Asvattha berarti 'tidak stabil' atau 'selalu bergoyah.'
Pohon ini dipercaya oleh orang-orang Hindu sebagai sebuah pohon beringin
yang mempunyai akar-akar yang tumbuh ke atas, dan cabang-cabangnya
tumbuh ke bawah. Sebenarnya bukahkah dunia ini sama saja ibarat pohon
beringin ini, yang abadi tetapi selalu tak pernah stabil, karena ia
lahir dari Sang Maya. Akar-akar pohon ini tumbuh ke atas, ini diartikan
terpusat kepada Yang Maha Esa. Jadi dunia atau alam kosmos atau
Prakriti atau Sang Maya adalah ibarat pohon beringin yang tak stabil
ini, yang sebenarnya terpusat atau berakar pada Yang Maha Esa, Yang Maha
Abadi dan Stabil. Yang Maha Abadi inilah sebenarnya Unsur Yang Abadi
dan Stabil dan bukan alam semesta dengan segala efek-efeknya. Tetapi
hanya manusia yang penuh dengan vairagya (lepas dari keterikatan
duniawi) saja yang dapat melihat 'pohon-dunia' ini di dalam Yang Maha
Esa dan sadar bahwa dunia ini sebenarnya berakar atau terpusat pada Yang
Maha Pencipta dan Abadi.
Akar-akar pohon ini adalah Sang Maya, pohon
beringin adalah Prakriti atau alam kosmos ini, dan tempat akar pohon
ini berasal adalah Yang Maha Esa. Daun-daun dari pohon ini adalah
mantra-mantra Veda-Veda. Dedaunan yang rindang ini diartikan sebagai
ilmu pengetahuan sejati atau kasih Yang Maha Esa yang memberikan naungan
atau keteduhan kepada mereka-mereka yang ingin berlindung dibawah pohon
beringin yang rindang ini. Dengan kata lain dalam perjalanan hidup di
dunia ini, kita semua dapat mencari keteduhan dan perlindungan dengan
mempelajari mantra-mantra atau ajaran-ajaran Veda, ajaran atau
pikiran-pikiran agung para resi dan orang-orang suci pada masa-masa yang
telah lama silam, ajaran-ajaran ini tercakup dalam Veda-Veda dan
kitab-kitab suci lainnya.
2. Ke bawah dan ke atas tersebar
cabang-cabang pohon ini. Pohon ini mendapatkan sarinya dari guna-guna.
Obyek-obyek indra adalah putik-putiknya. Menurun ke bawah, tumbuh lagi
akar-akarnya yang lain, akar-akar ini menjadi pengikat setiap tindakan
di dunia manusia ini.
Pohon ini mempunyai banyak cabang yang tumbuh
ke atas dan juga tumbuh ke bawah. Cabang-cabang ini diartikan sebagai
jiwa-jiwa Cabang-cabang yang mencuat ke atas adalah para dewa, yang ke
bawah adalah manusia, fauna, flora, reptil, serangga, dsb. Semua
cabang-cabang ini mendapatkan hidupnya dari sari atau makanan, dan
makanan ini adalah air, udara, dan lain sebagainya. Yang disebut sari
atau makanan ini adalah ketiga guna (sifat-sifat alam dari Prakriti).
Sayang sekali kita manusia sering sekali atau setiap kali lebih tertarik
akan sari atau makanan pohon kehidupan ini dan tidak sadar akan fungsi
akar-akar yang ke atas yang terpusat pada Sang Pencipta. Kita lebih
tertarik atau terikat pada guna, padahal itu hanyalah makanan atau
penunjang dari cabang-cabang dari pohon kehidupan ini. Subyek utamanya
malahan terlepas dari perhatian kita, karena enak dan nikmatnya makanan
ini. Sang Pohon ini juga memiliki putik-putik bunga dan ini diartikan
sebagai obyek-obyek luar atau eksternal (vishaya). Pohon beringin
kehidupan ini juga mempunyai bentuk akar-akar yang lain yang menjuntai
ke bawah. Akar-akar ini menurun dan mengikat pohon ini ke tanah.
Akar-akar yang ke bawah ini diartikan sebagai vasana, trishna,
raga-dvesha, semuanya ini adalah keinginan-keinginan dan nafsu-nafsu
duniawi dan badani, yang mengikat pohon atau kehidupan ini pada karma
(aksi) dan hukum-karmanya, mengikat kita semua pada kelahiran dan
kematian yang tak ada henti-hentinya. Akar-akar yang tersembunyi di
dalam tanah ini (vasana) mengikat manusia dunia ini ke dalam
lingkaran-lingkarannya yang tak ada putus-putusnya.
3. Di sini
tak dapat dibedakan bentuk asli Pohon ini, juga tidak akhir, asal, dan
dasarnya. Tertancap kuat pohon Ashvattha ini. Tebaslah pohon ini sampai
tumbang dengan senjata tak-keterikatan.
4. Dengan begitu dikau
akan meniti jalan ke mana tak ada jalan kembali, dan dengan begitu
dikau akan mencapai Yang Maha Utama Yang dariNya terpancar keluar Proses
Kosmos ini (energi yang telah ada semenjak masa yang amat silam).
Sayang
manusia tidak melihat atau menyadari Pohon ini secara keseluruhannya,
dan tak mengerti akan kepentingan pohon ini. Manusia lebih terserap
kepada daun-daunnya, pada buah-buah dan putik-putiknya, dengan kata lain
manusia terjebak pada rasa manis dan kenikmatan yang dikeluarkan pohon
ini dan langsung terjebak di dalamnya, dalam ilusi duniawi. Pohon ini
sendiri tampaknya tidak bermula dan tak ada akhirnya; siapa pula yang
akan pernah tahu akan asal-mulanya dan akhirnya? Bukankah Pohon ini
berasal dari Sang Maya? Tetapi Sang Maya ada asal dan akhirnya, yaitu
Yang Maha Pencipta. Sedangkan Sang Maya atau pohon Kehidupan ini
sebenarnya hanyalah pantulan atau ilusi. Dan selama kita sibuk berkelana
di hamparan luasnya pohon kehidupan ini, selama itu juga kita akan
sesat di dalamnya tanpa jalan keluar karena begitu luas dan banyaknya
jalan-jalan yang salah di dalamnya seakan-akan tanpa akhir. Maka di
situ-situ juga kita akan berkelana tanpa pernah tahu akan hal-hal yang
berada di luar itu, yaitu Sang Empunya pohon ini. Jalan satu-satunya
untuk keluar dari pohon ini adalah menebasnya sama-sekali dan jalan atau
metode ke arah penebasan ini adalah dengan menebas rasa keterikatan
duniawi kita secara total dan pasrahkan hasilnya kepada Sang Kreshna,
kepada Yang Maha Esa, dan la akan menyelamatkan kita semua dan
menyatukan yang menebas pohon kehidupan ini, denganNya. Jalan
ketidakterikatan duniawi ini berulang-ulang ditekankan dalam Bhagavat
Gita karena inilah faktor yang amat vital untuk menyadari atau
menyingkapkan kebodohan kita, agar terbuka ilmu pengetahuan yang sejati,
ilmu tentang arti dan hakikat dari kehidupan ini yang sebenarnya, agar
tercapailah kesatuan antara kita denganNya, yang menjadi tujuan utama
mengapa kita dilahirkan sebagai manusia yang berakal-budi, tidak seperti
ciptaan-ciptaan yang lainnya yang berbentuk fauna, flora dan
benda-benda tak bergerak. "Seseorang yang dirinya tak terikat pada
obyek-obyek luar, mendapatkan kebahagiaan yang ada di dalam dirinya
sendiri," kata Bhagavat Gita, dan lagi, "Seseorang yang telah melepaskan
semua keinginan, dan hidup bebas dari keterikatan, mendapatkan
ketenangan."
Kebebasan dari keterikatan adalah penting dan perlu
dihayati bagi seseorang yang ingin kenal dengan Yang Maha Esa, karena
ini sudah merupakan syarat yang tidak dapat ditawar-tawar lagi, dan
kebebasan dari keterikatan ini harus dilaksanakan secara sadar dan tulus
dan tidak dapat dibuat-buat. Sang Jiwa di dalam raga kita harus
disadarkan dari ilusinya dan sang jiwa ini (bukan Sang Atman yang
bersemayam di dalam jiwa ini!) harus melepaskan keterikatannya akan
uang, harta-benda, berbagai miliknya seperti rumah, keluarga, negara,
posisi, kedudukan, kemasyhuran dan sebagainya. Bukan berarti semua ini
harus diabaikan atau ditinggalkan tanpa tanggung-jawab, tetapi rasa
memiliki semua itu harus ditanggalkan, dan orang ini harus hidup secara
amat sederhana saja, dengan merasa semua itu hanyalah titipan atau ilusi
yang dapat datang dan pergi setiap saat. Bukankah agama-agama besar
lainnya juga menyiratkan hal yang sama, bahwa harta-benda duniawi ini
sebenarnya hanyalah pengikat jiwa kita ke dunia ini, dan selama jiwa
kita terikat pada dunia ini, bagaimana mungkin sang jiwa membersihkan
dirinya agar menjadi suci dan bersih dan mengenal Tujuannya Yang Sejati?
Jadi
usahakanlah semaksimal mungkin untuk tidak terikat kepada dunia atau
pohon kehidupan ini, bekerjalah demi dharma-bhakti kita kepadaNya
semata. Hidup dan bekerjalah demi Ia semata dengan motto atau semboyan,
"Aku ini sebenarnya tak memiliki apa-apa, dan aku ini sebenarnya bukan
apa-apa." Dengan menjadikan diri kita nol-besar dan tak memiliki apapun
juga di dunia ini, maka akan turunlah Berkah Yang Maha Besar, yang
kemudian akan menuntun pemuja ini ke arahNya yang abadi dan pasti. Ia
hanya dikenal oleh mereka yang tak memiliki apapun di dunia fana ini
selain dari DiriNya Yang Sejati. Cobaan yang maha berat sebenarnya bukan
harta-benda, milik atau rasa hormat atau pun keluarga, tetapi adalah
diri kita sendiri. Pengorbanan atau tak-keterikatan yang sejati
sebenarnya adalah pemasrahan total dari diri kita sendiri. Kita mungkin
bisa tak terikat pada harta-benda duniawi, tetapi selama kita belum
melepaskan rasa ego kita, maka jalan kepadaNya masih terasa amat jauh
atau bahkan nampak sia-sia saja. Kata seorang sufi yang suci, "Percuma
saja mengganti baju dan cara makanmu, percuma saja engkau menyantap
sehelai rumput selama hidupmu atau hanya memakai sehelai baju selama
hidupmu, atau mengasingkan dirimu jauh dari masyarakat kalau engkau
masih terbius oleh ego juga. Rasa ego sebenarnya juga salah satu
keinginan atau nafsu diri yang amat licik dan lincah mempermainkan dan
menipu seseorang." Seseorang yang benar-benar tak terikat pada dunia ini
adalah yang secara lahir dan batin telah berpasrah total kepadaNya.
Orang semacam ini tak meminta atau bernafsu apapun juga, ia hanya
menerima apa yang diberikan oleh Yang Maha Esa, ia hanya menerima semua
kehendak Yang Maha Esa secara utuh dan tulus dan merasa puas dengan apa
saja yang diterimanya. la selalu berdoa kepada Yang Maha Kuasa, "Tuhan,
Engkau Maha Tahu, akan apa terbaik dan pantas untukku." Om Tat Sat.
Seseorang
pernah bertanya kepada seorang sufi mistik yang bernama Junayd Baghadi,
agar memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, supaya sang sufi dapat melihat
Tuhan Yang Maha Esa. Orang itu yakin bahwa Yang Maha Esa akan memenuhi
permintaan sang sufi yang suci ini. Tetapi apa jawab sufi ini? la
berkata dengan tenang, "Aku telah beritikad tidak meminta atau
menginginkan sesuatu. Bukankah Nabi Musa pernah meminta melihat Tuhan
dan doanya tak terkabul, sedangkan Nabi Muhammad mendapatkanNya tanpa
pernah memintanya? Suatu waktu nanti kalau sudah tiba saatnya, maka Yang
Maha Kuasa akan menghapus semua rintangan dan memperbolehkan aku
melihatNya sendiri tanpa aku harus memintanya." Dengan cara berpasrah
total kepadaNya, tanpa keterikatan duniawi, tebaslah pohon kehidupan
yang penuh dengan ilusi ini, agar tampak Sinar Terang Ilahi menuntun
kita kepadaNya juga. Caranya dengan sekali lagi bertekad untuk tidak
terikat kepada semua unsur atau obyek-obyek duniawi ini dan hanya
berpasrah total kepadaNya dan menerima semua kehendakNya sebagai
pemberian dariNya.
5. Mereka pergi ke Rumah Yang Tak Dapat
Dihancurkan, mereka ini tak memiliki rasa keangkuhan dan rasa moha
(cinta-kasih yang mengikat), yang telah menang dan bangkit atas
keterikatan yang baik dan buruk, yang selalu terpusat pada Sang
Adhyatman, yang telah meninggalkan nafsu-nafsunya, yang telah bebas dari
rasa dvandva (rasa dualisme yang saling bertentangan), dari kenikmatan
dan penderitaan.
6. Tiada surya atau pun chandra atau agni
yang bersinar di sana; tiada juga yang setelah sampai di sana kembali
lagi. Itulah kediamanKu yang suci dan agung.
Maka mereka ini pun
pergi ke tempat yang tak ada jalan kembali ke dunia ini. Mereka-mereka
ini yang hati dan hidupnya sederhana dan tak terpengaruh oleh noda-noda
duniawi. Mereka yang telah mengalahkan semua ikatan-ikatan duniawi,
nafsu dan emosi, yang hidupnya terfokus atau terpusat pada Sang
Adhyatman, Yang Bersemayam di dalam diri mereka masing-masing, Sang
Atman. Mereka ini hidup di dalam Rumah Abadi Sang Kreshna, dan di Rumah
ini tak diperlukan cahaya mentari, rembulan atau pun cahaya api untuk
meneranginya karena cahaya Sang Kreshna Sendiri sudah tak tertandingi
terangnya di sana.
7. Sebagian dari DiriKu Yang Abadi
ditransformasikan dalam dunia kehidupan, ke dalam jiwa yang hidup, dan
menarik melingkupi dirinya dengan indra-indra yang mana sang pikiran
adalah indra yang keenam -- yang terbungkus dalam bentuk benda.
Dalam
Pohon Kosmosnya Sang Prakriti terlahir jiwa-jiwa, individu-individu,
dan lain sebagainya. Dan siapakah mereka semua ini dan juga kita? Setiap
jiwa dan setiap makhluk adalah salah satu fragmen kecil dari Sang
Kreshna Yang Maha Esa itu Sendiri, dan setiap fragmen atau bagian kecil
ini timbul atau lahir ke dunia ini sebagai makhluk atau individu
(jiwa-bhuta), sebagai jiwa yang berkelana dalam raga-raga yang berlainan
bentuk dan ragamnya. Ditegaskan di sini bahwa semua jiwa-jiwa ini baik
yang nampak maupun yang tak terlihat oleh mata kita, berasal dari Sang
Kreshna juga, Yang Maha Abadi dan Esa. Inilah fakta-fakta yang dilupakan
oleh manusia, dan manusia kebanyakan cenderung untuk tenggelam dalam
dunia ini dengan segala kenikmatan dan penderitaannya, tetapi tidak mau
mengenali diri dan jiwanya yang agung, yang merupakan sebuah fragmen
dari Yang Maha Esa. Manusia cenderung mementingkan buah, cabang dari
pohon kehidupan ini daripada asal pohon ini.
Fragmen-fragmen atau
jiwa-jiwa ini kemudian diatur sedemikian rupa oleh Prakriti (Alam) agar
terbungkus oleh indra-indra kita yang jumlahnya semua adalah lima indra
organ dan satu indra pikiran. Sang Jiwa ini kemudian diatur sedemikian
rupa sehingga bebas memilih terjerumus ke dalam nafsu-nafsu duniawi atau
menyibak pembungkus Prakriti ini sehingga dapat melihat Sinar Terang
yang sebenarnya ada di dalam dirinya sendiri, yaitu Sang Adhyatman, Sang
Jati Diri, atau Yang Maha Esa iru Sendiri dalam bentukNya yang kecil.
Sang Kreshna adalah Adi Purusha (Manusia Yang Terutama) di dalam (1)
setiap jiwa yang berbentuk aneka-ragam dan (2) dan sebagai Alam Semesta
secara keseluruhan. Ia lah Sang Jati Diri, Sang Jiwa dalam yang besar
dan kecil, dalam alam semesta dan dalam makhluk-makhluk, roh-roh atau
jiwa-jiwa, secara menyeluruh dalam setiap yang hidup ini. Ia adalah
Adhyatman (Sang Atman Yang Tertinggi, Terutama dan menyeluruh dan sumber
dari semua jiwa-jiwa ini)!
8. Sewaktu Yang Maha Esa (Sang
Jiwa) memasuki sebuah raga dan sewaktu la meninggalkannya, la membawa
serta semua indra dan pikiran ini dan pergi bersama mereka, ibarat sang
angin yang menerbangkan wewangian dari tempat asalnya. (Contoh:
wewangian bunga yang terbangkan jauh dari sang bunga itu sendiri.)
Sang
Jiwa yang mengembara di alam kosmos ini dari satu tubuh ke tubuh yang
lainnya, selalu membawa serta semua indra-indra ini dalam tubuh
halusnya. Semua ini kemudian jadi asal-mula karma barunya lagi dalam
kelahiran yang berikutnya.
9. Secara suci bersemayam di
telinga, di mata, di kulit dan di hidung - dan juga di dalam pikiran —
la menikmati obyek-obyek sensual.
10. Mereka yang tidak sadar (kurang pengetahuannya) tidak menyadariNya
sewaktu la berpisah atau beristirahat atau merasa, sesuai dengan
kerja-samaNya dengan guna-guna. Tetapi mereka yang memiliki mata
kebijaksanaan dapat melihat.
11. Para yogi pun yang
berusaha melihatNya di dalam diri mereka; tetapi mereka yang tidak
sadar, yang tidak bersih, mereka berjuang tetapi tidak melihatNya.
Bagi
mereka-mereka yang bijaksana dan berpengetahuan (dalam agama Hindu
selalu dipergunakan kata berpengetahuan untuk mereka yang sadar akan
Yang Maha Esa dan kata bodoh atau kurang-pengetahuan untuk mereka yang
masih jauh dariNya, dan masih bergelimang akan dosa-dosa. Kata dosa
jarang dipergunakan), maka terlihatlah oleh mereka Sang Atman yang
bersemayam di dalam raga kita dengan menikmati obyek-obyek indra, Ia
terlihat hadir di telinga, di mata, di kulit, di lidah, di hidung dan di
pemikiran (pikiran) kita. Bagi yang masih kurang sadar (agnana), maka
kenyataan ini tidak nampak oleh mereka, walaupun sebenarnya banyak di
antara mereka yang berjuang ke arah Yang Maha Esa. Mengapa begitu?
Karena sebenarnya mereka-mereka ini masih terselimut oleh ego mereka,
sehingga tidak sucilah diri mereka ini. Ingatlah! Sedikit saja ego itu
masih tersisa di dalam diri kita maka masih jauh kita ini dari Yang Maha
Esa, ingat juga walaupun itu ego yang baik sifatnya, selama namanya
masih ego dan bukan demi Yang Maha Kuasa, maka selama itu pula jauh kita
ini dari Yang Maha Esa!
12. Ketahuilah bahwa gemerlapnya
cahaya sang surya yang menerangi dunia ini, dan cahaya rembulan dan api,
semua kebesaran itu datang terpancar dariKu.
13. Memasuki
bumi ini, Kutunjang semua makhluk dengan energi vitalKu dan, dengan
menjadi cairan lembut dari Sang Chandra (sari Soma) yang nikmat,
Kuhidupi semua tumbuh-tumbuhan.
14. Dengan menjadi
api-kehidupan, yang bersemayam di dalam raga setiap makhluk yang
bernafas, dan menyatu dengan kehidupan (nafas yang ditarik dan yang
dikeluarkan), Kucernakan semua bentuk makanan (empat jenis makan).
15. Dan
Aku bersemayam di dalam hati semuanya; dan dariKu timbul memori
(ingatan) dan gnana (pengetahuan atau kesadaran) dan kekuatan yang
menangkis dan menolak keragu-raguan atau pikiran-pikiran yang negatif.
Akulah yang dimaksud dalam Veda-Veda, dan Akulah yang dimengerti oleh
Veda-Veda ini, dan juga Akulah Pengarang Vedanta - 'akhir' dari Veda.
Sang
Kreshna atau Yang Maha Esa adalah kehidupan total dari alam semesta
ini. Setiap unsur dari alam semesta ini berasal dariNya atau dengan kata
lain Ia juga semuanya ini. Ia juga sumber dari energi di alam semesta
ini, Ia juga cahaya yang bersinar di dalam matahari, rembulan dan api.
Ia juga sari Soma dalam rembulan yang menghidupi tumbuh-tumbuhan di bumi
ini. Ia juga api-kehidupan dalam setiap manusia dan makhluk-makhluk
lainnya, Ia lah sumber tanpa batas dari segala-galanya. Ia juga yang
bersemayam dalam pikiran kita yang membedakan antara pikiran yang jahat
dan yang baik. la juga yang selalu disebut-sebut dalam Veda-Veda dan
kitab-kitab suci lainnya sebagai Tujuan Yang Abadi, Tuhan Yang Maha Esa,
bahkan Ia sendiri adalah Sang Pengarang dari Vedanta, yaitu kitab suci
Hindu yang terakhir dalam jajaran kitab-kitab Veda.
16. Ada
dua Purusha (energi) di dunia ini, yaitu yang dapat binasa dan yang tak
dapat binasa. Yang dapat binasa adalah semua makhluk dan benda-benda,
yang tak dapat binasa disebut Kutashta (duduk secara tegar, terbungkus
oleh misteri dan bersemayam dalam Sang Maya).
17. Ada lagi
seorang Purush -- Yang Maha Tinggi - Yang disebut Purushottama (Sang
Jati Diri Yang Suci dan Agung). la menunjang semuanya; la menghidupi
ketiga loka-loka ini. Ia lah Yang Maha Abadi (Yang Tak Dapat Binasa).
18. Karena
Aku berada di atas yang dapat binasa, dan juga Aku lebih tinggi dari
yang tak dapat binasa, maka baik di dunia ini maupun di dalam Veda Aku
dikenal sebagai Manusia Yang Maha Agung dan Suci.
Ada tiga bentuk Purusha, atau orang atau energi di alam semesta ini:
(1)
Disebut Kshara-prakriti atau berarti yang tidak abadi, yang dapat
berganti-ganti, sama dengan semua makhluk dan benda-benda yang dapat
binasa.
(2) Akshara-prakriti atau Kutashta (yang duduk tegar
bagaikan batu di dalam Sang Maya) — yaitu Sang Jiwa atau
Chaitanya-shakti yang melahirkan bentuk purusha yang pertama tadi.
(3)
Uttama Purusha, atau Purushottama, Paramatman, atau Sang Jati Diri Yang
maha Agung dan Suci. Ia adalah Yang Maha Esa Yang menunjang,
menghidupi, menghadirkan alam semesta ini. Ia lah Sang Kreshna Yang Maha
Pengasih dan Penyayang. Om Tat Sat.
Di bab VII, oleh Sang Kreshna,
kedua bentuk energi ini disebut Purusha dan Prakriti, sebagai dua buah
bentuk dari PrakritiNya. Di bab XV ini, Sang Kreshna menyebut
kedua-duanya sebenarnya bermakna sama, yaitu dua bentuk Energi (atau
Upadhi) dari Satu Purusha Yang Maha Agung dan Suci, yaitu Yang Maha Esa,
Sang Purushottama, Sang Kreshna, Yang Hadir dan Berkuasa di atas Kshara
dan Aksara.
19. Seseorang yang telah sadar, mengenalKu sebagai
Purushottama, orang ini tahu akan semua hal dan ia memujaKu dengan
seluruh jiwanya, oh Arjuna!
20. Demikian telah ku beritahukan kepadamu ajaran yang amat rahasia ini,
oh Arjuna! Seseorang yang tahu akan hal ini, adalah orang yang telah
mencapai penerangan dan tugas-tugasnya selesai sudah, oh Arjuna!
Ilmu
pengetahuan tentang Sang Kreshna sebagai Purushottama menuntun
seseorang ke arah bhakti (dedikasi tulus tanpa pamrih). Ilmu atau
pengetahuan ini memberikan rasa pengertian atau penerangan akan Yang
Maha Esa dan segala aspek-aspekNya yang terlihat di alam semesta dan
diri kita. Dan seseorang yang telah sadar akan hal ini adalah orang yang
telah mendapatkan penerangan Ilahi, dan menurut Sang Kreshna selesai
sudahlah tugas-tugas dan kewajibannya di dunia ini. Orang ini lalu sadar
bahwa semua yang manis dan baik dalam hidup ini, seperti
sahabat-sahabat, orang-orang yang dikasihinya, kekayaan, kesehatan,
ilmu-ilmu pengetahuan dan lain sebagainya, hanyalah merupakan
'bunga-bunga' dan 'buah-buah' kehidupan belaka, yang merupakan hadiah
atau pemberian Sang Purushottama kepadanya, untuk digunakan demi
menunjang kehidupannya selama ia berkelana di dunia ini. la tak akan
pernah lupa, bahwa tujuannya ke dunia ini sebenarnya adalah untuk
mengenal Yang Maha Esa, bekerja demi Yang Maha Esa, dan berusaha untuk
kembali kepadaNya lagi secara sadar. Untuk mencapai Rumah Yang Maha Esa
ini maka semua materi-materi yang merupakan penunjang hidupnya di dunia
ini harus ditinggalkannya, bukan diikat erat-erat dengannya. Seseorang
yang secara sejati telah menyadari akan hakikat ini disebut Vairagi. la
sadar dunia beserta seluruh isinya dapat binasa, tetapi Yang Maha Esa
adalah Abadi. Pemuja semacam ini walau sehari-hari tetap bekerja seperti
biasa dan sesuai dengan kewajibannya, sebenamya secara spiritual
tugas-tugasnya di dunia ini telah selesai, karena walau masih memiliki
raga ia sudah mencapai dan mengenal Sang Misteri Yang Maha Agung dan
Suci, Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Yang memiliki
Keajaiban-Keajaiban Yang Tak Tertandingi. Pemuja yang suci ini di dalam
hidupnya telah mencapai Nirvana. Om Tat Sat.
Dalam Upanishad Bhagavat
Gita, Ilmu Pengetahuan Yang Abadi, Karya Sastra Yoga, dialog antara
Sang Kreshna dan Arjuna, maka bab ini adalah yang kelima-belas dan
disebut:
Purushottama Yoga atau Ilmu Pengetahuan tentang Manusia Utama Yang Maha Agung dan Suci